Kamis, 22 Maret 2012

Menipu Diri

Aku menyangsikan celotehan angin tentang dirimu.

Aku menepis laku tanah yang memantulkan bayangmu.

Aku juga mendustakan riak2 air yang membiaskan wajahmu.


Dan aku hanya ingin mengatakan bahwa buku2 yang bercerita tentangmu, sebenarnya hanyalah halaman kosong tanpa aksara.

Bahwa selama ini aku mengagumi lukisan kosong, tiada warna yang menyatukan rupamu.

Bahwa lagu2 yang kumainkan diambang malam sesungguhnya hanyalah nada sunyi, tak ada suaramu.

Bahwa sebenarnya tak ada kertas bertuliskan puisi tentangmu, hanyalah aksara tanpa rasa, tanpa warna, tanpa rupa.


Tak lain kau adalah fatamorgana.

Hanya dusta dalam genangan kehampaan.

Pada akhirnya, aku tak pernah mencintai apa2.
Tiada mencintai siapa2.

Kenang

#Padang, 15 Maret 2012

Indah terasa indah
Bila kita terbuai dalam alunan cinta
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan saling memiliki

Padi - Kasih Tak Sampai - 

Sebulan lalu, masih indah dalam pikiranku , -laksana pijakanku masih pada tepian senja yang menyugihkan sebentang langit merah saga- , kau duduk tepat disampingku.

Aku berlutut pada kata harapan, lalu kau pun datang bersama kata tiba-tiba.  Kejelmakan kata dalam diam. Biarkan hati menari dalam sebuah senyum mengembang dalam teriknya siang, kala itu.

Masih kuingat girangnya hati, senyumku yang tertahan –hanya menyamarkan-, dan gerikku yang malu-malu karena ragu apa aku dikurung mimpi atau bebas dalam nyata.

Namun, aku takut kau tahu bahwa aku menyimpan sebuah candu padamu. Aku telah lama bergelut dengan sisi pecundangku. Otakku berseru untuk memutar kepala menghadapmu menikmati wajah lugumu, namun syarafku telah membeku dihembus angin malu, bukan  -pecundang-, aku hanya terpaku mendengar jantung yang memompakan rindu. Meski sekejap aku tak mampu. Bila kau diseberangku, yakinlah, mataku hanya akan bertuan padamu, selalu, hingga rupamu menghilang dilarikan waktu. Ya, aku hanya sanggup memainkan peran dalam drama sendu seperti itu.

Masih terbayang jelas, ada perang batin dalam diriku, saat kau duduk disampingku. Antara bahagia dan ke.pecundangan.ku.

Hmm, dalam kenangan kucukupkan saja satu kata yang mewakili masa itu - bahagia -.
Hingga kudapati, waktu telah pada masanya untuk kembali berkuasa. Kau beranjak.
Kuhanyutkan diri dalam diam. Dalam sunyinya riuh suara yang bergetar, aku berkata “Kembalilah, sesegeranya.  Aku hanya bisa menanti, namun jika kau ijinkan aku berjalan mendekati, maka aku akan berlari menghampiri. Kembalilah, sesegera ini.

Sebulan lalu, kau duduk disampingku, meski beberapa jam, cukuplah untuk dijadikan bagian terbaik kenangan. ­­­

Tetaplah menjadi bintang di langit
Agar cinta kita kan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita
Berdua

Padi - Kasih Tak Sampai -