#Padang, 15 Maret 2012
Indah terasa indah
Bila kita terbuai dalam alunan
cinta
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan saling memiliki
Padi - Kasih Tak Sampai -
Sebulan lalu, masih indah dalam
pikiranku , -laksana pijakanku masih pada tepian senja yang menyugihkan
sebentang langit merah saga- , kau duduk tepat disampingku.
Aku berlutut pada kata harapan, lalu kau pun
datang bersama kata tiba-tiba.
Kejelmakan kata dalam diam. Biarkan hati menari dalam sebuah senyum
mengembang dalam teriknya siang, kala itu.
Masih kuingat girangnya hati,
senyumku yang tertahan –hanya menyamarkan-, dan gerikku yang malu-malu karena
ragu apa aku dikurung mimpi atau bebas dalam nyata.
Namun, aku takut kau tahu bahwa
aku menyimpan sebuah candu padamu. Aku telah lama bergelut dengan sisi
pecundangku. Otakku berseru untuk memutar kepala menghadapmu menikmati wajah
lugumu, namun syarafku telah membeku dihembus angin malu, bukan -pecundang-, aku hanya terpaku mendengar
jantung yang memompakan rindu. Meski sekejap aku tak mampu. Bila
kau diseberangku, yakinlah, mataku hanya akan bertuan padamu, selalu, hingga
rupamu menghilang dilarikan waktu.
Ya, aku hanya sanggup memainkan peran dalam drama sendu seperti itu.
Masih terbayang jelas, ada perang
batin dalam diriku, saat kau duduk disampingku. Antara bahagia dan
ke.pecundangan.ku.
Hmm, dalam kenangan kucukupkan
saja satu kata yang mewakili masa itu - bahagia -.
Hingga kudapati, waktu telah pada
masanya untuk kembali berkuasa. Kau beranjak.
Kuhanyutkan diri dalam diam.
Dalam sunyinya riuh suara yang bergetar, aku berkata “Kembalilah, sesegeranya. Aku hanya bisa menanti, namun jika kau
ijinkan aku berjalan mendekati, maka aku akan berlari menghampiri. Kembalilah,
sesegera ini.
Sebulan lalu, kau duduk
disampingku, meski beberapa jam, cukuplah untuk dijadikan bagian terbaik
kenangan.
Tetaplah menjadi bintang di
langit
Agar cinta kita kan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari
alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita
Berdua
Padi - Kasih Tak Sampai -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar